ACEH (RA) – Meski banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera mulai surut, geliat ekonomi masyarakat belum kembali normal.
Sektor perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu yang paling merasakan dampaknya, terutama di daerah terdampak di Aceh.
Wakil Sekjen Bidang Organisasi, Keanggotaan, Hukum dan Advokasi DPP Apkasindo, Fadhli Ali, mengungkapkan bahwa hingga kini aktivitas di kebun sawit belum dapat berjalan optimal. Kondisi lapangan masih menyisakan hambatan besar.
"Banyak kebun yang masih sulit diakses karena tertutup material longsor dan sisa banjir. Selain itu, ketersediaan tenaga kerja juga minim, sementara pabrik kelapa sawit (PKS) di sekitar lokasi masih fokus memperbaiki fasilitas mereka," jelasnya, Senin (8/12/2025).
Fadhli menilai dibutuhkan langkah pemulihan yang lebih intensif agar produksi sawit dapat kembali normal. Salah satu persoalan utama yang dihadapi petani pasca banjir adalah meningkatnya keasaman tanah akibat genangan dan erosi.
Menurutnya, petani kini sangat membutuhkan dukungan berupa kapur Dolomite dan Kieserite untuk membantu menurunkan tingkat keasaman tanah tersebut.
"Pertanyaannya sekarang, apakah BPDP dapat menyalurkan bantuan bagi petani korban banjir, khususnya dalam penyediaan kapur Dolomite dan Kieserite," ujarnya.
Ia menegaskan, ketersediaan bantuan itu tidak hanya penting untuk mengembalikan produktivitas kebun, tetapi juga sebagai bukti bahwa BPDP tetap berkomitmen terhadap keberlanjutan perkebunan sawit rakyat.
"Jika bantuan itu direalisasikan, kami siap mendukung penuh agar petani yang terdampak musibah bisa segera bangkit," tutupnya.
