Pantau Gambut Ungkap 40 Korporasi yang Diduga Perusak Ekosistem Gambut

Pantau Gambut Ungkap 40 Korporasi yang Diduga Perusak Ekosistem Gambut
Ilustrasi lahan gambut digunakan untuk perkebunan sawit.

JAKARTA (RA) - Jaringan advokasi lingkungan Pantau Gambut mengungkap daftar 40 korporasi yang diduga menjadi aktor utama perusak ekosistem gambut di Indonesia.

Kerusakan yang ditimbulkan disebut telah memicu kerentanan hidrologis dan memperparah bencana banjir yang melanda berbagai wilayah di Sumatera, Kalimantan, hingga Papua.

Laporan bertajuk Studi Sebab-Akibat Kerentanan Banjir di KHG Indonesia 2025 itu menyebutkan ada 243 konsesi sawit pemegang HGU dan 145 konsesi PBPH (Hutan Tanaman Industri) yang berkontribusi besar terhadap degradasi kesatuan hidrologis gambut (KHG). Pantau Gambut menyebut temuan ini sebagai yang paling komprehensif sejauh ini.

Di urutan teratas, tiga perusahaan sawit skala besar disorot sebagai aktor paling agresif menggarap kawasan gambut dalam, yang seharusnya menjadi wilayah penyangga air alami. Mereka adalah PT Global Indo Agung Lestari (Genting Group), PT Jalin Vaneo (Pasifik Agro Group), dan PT Kalimantan Agro Lestari (Best Agro Group).

Pantau Gambut menilai ketiga perusahaan memiliki rekam jejak ekspansi yang "nekat" karena membuka lahan gambut dalam, menggali kanal, dan memasang drainase.

Aktivitas ini membuat gambut mengering, tanah mengalami penurunan (subsiden), daya serap air melemah, hingga meningkatkan risiko banjir ketika hujan ekstrem terjadi.

Kerusakan tersebut kini semakin nyata. Banjir yang merendam permukiman, memutus jembatan antardesa, hingga memaksa warga Aceh menyeberang sungai dengan perahu menjadi bukti bahwa fungsi gambut sebagai penyimpan air alami telah runtuh akibat eksploitasi selama bertahun-tahun.

Selain korporasi sawit, industri Hutan Tanaman Industri juga menjadi sorotan. Sebanyak 145 konsesi PBPH yang total areanya mencapai lebih dari 3 juta hektare disebut turut memperparah kerusakan hidrologis. Mayoritas konsesi ini berada di KHG yang memiliki peran vital dalam mengatur tata air di kawasan rawa.

Yang menarik perhatian, sejumlah perusahaan lama yang sebelumnya dikaitkan dengan kerusakan gambut kembali muncul dalam laporan tersebut.

Tiga perusahaan di bawah Sinar Mas Group, yakni PT Bumi Andalas Permai (BAP), PT SBA Wood Industries, dan PT Bumi Mekar Hijau (BMH), disebut sebagai bagian dari aktor utama yang mempercepat degradasi gambut.

Pantau Gambut menegaskan, konsesi tiga perusahaan tersebut berada di jantung KHG Sungai Sugihan–Lumpur, kawasan dengan risiko banjir paling tinggi. Ketika hujan turun dengan intensitas besar, air tidak lagi mampu diserap gambut dan langsung mengalir ke permukiman serta lahan pertanian warga. Kondisi gambut yang telah rusak menyebabkan banjir menyebar lebih cepat dan lebih parah.

Berikut Daftar 40 Konsesi yang Dinilai Memperburuk Banjir KHG:

20 Konsesi Sawit (HGU):

1. PT Globalindo Agung Lestari
2. PT Jalin Vaneo
3. PT Kalimantan Agro Lestari
4. PT Suryamas Cipta Perkasa
5. PT Bahaur Era Sawit Tama
6. PT Rezeki Kencana
7. PT Berkah Alam Fajar Mas
8. PT Katingan Mujur Sejahtera
9. PT Gawi Bahandep Sawit Mekar
10. PT Dian Agro Mandiri
11. PT Bintang Mulya Sinar Agung
12. PT Menteng Kencana Mas
13. PT Graha Agro Nusantara 
14. PT Gerbang Benuaraya
15. PT Persada Era Agro Kencana 
16. PT Bumi Perkasa Gemilang 
17. PT Rezeki Alam Semesta Raya
18. PT Limpah Sejahtera 
19. PT Agro Bukit 
20. PT Globalindo Alam Perkasa

20 Konsesi PBPH (HTI):

1. PT Bumi Andalas Permai
2. PT Bumi Mekar Hijau
3. PT SBA Wood Industries
4. PT Mayawana Persada
5. PT Wana Subur Lestari
6. PT Rimba Raya Conservation
7. PT Ceria Karya Pranawa
8. PT Rimba Hutani Mas
9. PT Sumatera Riang Lestari
10. PT Damai Sejatitama Timber
11. PT Daya Tani Kalbar
12. PT Mayangkara Tanaman Industri 
13. PT Wira Karya Sakti
14. PT Rimba Makmur Utama
15. PT Arara Abadi 
16. PT Mohairson Pawan Khatulistiwa 
17. PT Rimbun Seruyan 
18. PT Pesona Belantara Persada 
19. PT Putra Duta Indah Wood
20. PT Muara Sungai Landak

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index