Riauaktual.com - Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sekaligus Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu menegaskan, gejala mutasi virus Covid-19 asal India atau Delta sejauh tidak ada perbedaan dengan virus Covid-19 yang berkembang selama ini.
“Kalau kami amati sama. Gejala-gejala kritisnya itu sama. Hanya memang cara penularanya cepat varian Delta ini,” kata Maxi pada dialog Cegah Penularan Dengan Tepat, PPKM Mikro Diperketat, Rabu (23/6/2021).
Maxi menyebutkan, tingkat penularan pada varian Delta sangat cepat. Hal ini seperti yang terjadi Kudus, Jawa Tengah. Pasalnya, dari hasil pemeriksaan semua warga terinfeksi Covid-19 di Kudus didominasi oleh varian Delta.
Maxi menyebutkan, untuk mengetahui pasien terinfeksi varian baru, setiap daerah dengan peningkatan kasus sangat tinggi, maka sampel yang memenuhi syarat langsung diperiksa guna memastikan varian baru.
Sebagaimana diketahui, pemeriksaan untuk mengetahui varian baru ini menggunakan Whole Genome Sequencing (WGS). Sejauh ini ada 14 laboratorium digunakan untuk memeriksa varian baru.
Selanjutnya, Maxi menyebutkan, peningkatan kasus ini selain disebabkan oleh varian baru, terjadi karena adanya libur Idulfitri dan lemahnya protokol kesehatan (prokes).
“Virus apapun kalau protokol kesehatan jalan bagus, orang masih setia memakai masker, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan, menjauhi mobilitas, saya kira seharusnya bisa. Tapi ternyata protokol kesehatan mulai kendur dan adanya varian baru di situlah kasusnya mulai meningkat secara tajam,” tandas Maxi.
Dikatakan Maxi, dari hasil pengamatan, kendur prokes ini disebabkan karena masyarakat merasa sudah terbiasa dengan orang sakit terinfeksi Covid-19.
“Mungkin terbiasa dan mereka mulai lupa dan mulai kendor prokes. Saya kira perlu diingatkan terus kepada masyarakat. Kita jangan kendor prokes karena kalau sudah sakit dan banyak yang sakit kerugian luar biasa. Potensi bisa fatal orang-orang itu dan semua bermuara pada pelayanan kesehatan. Apalagi pelayanan kesehatan ada batasnya. Baik fasilitasnya maupun tenaga kesehatan sendiri,” paparnya.
Sumber: BeritaSatu.com
