Current Date: Selasa, 16 Desember 2025

Desak Reformasi Kerajaan, Ribuan Warga Dan Biksu Thailand Turun Ke Jalan

Desak Reformasi Kerajaan, Ribuan Warga Dan Biksu Thailand Turun Ke Jalan
Demonstran pro-demokrasi melancarkan aksi di bawah foto Raja Maha Vajiralongkorn di Bangkok, Thailand, Agustus 2020. Salah satu demonstran memegang k

Riaauktual.com - Ribuan warga terus turun ke jalan-jalan di Kota Bangkok, menuntut reformasi Kerajaan Thailand.

Raja Negeri Gajah Putih itu, Maha Vajiralongkorn, kembali ke Jerman setelah pengadilan memutuskan tuntutan demonstran itu adalah upaya terselubung untuk menggulingkan monarki. Kepergiannya bisa menjadi tanda, ia menganggap situasi terkendali.

Pengunjuk rasa berdemo di Bangkok pada Minggu (14/11) menentang keputusan pengadilan tinggi, yang menyatakan reformasi sama dengan upaya menggulingkan Kerajaan Thailand. Rabu lalu (10/11), Mahkamah Konstitusi (MK) Thailand mengumumkan, tuntutan mereformasi kerajaan yang santer sejak Agustus 2020, tidak konstitusional, dan dirancang untuk menjatuhkan institusi itu.

MK memutuskan, tiga pemimpin demo membuat pidato yang bertujuan menggulingkan monarki. Namun, pengadilan belum menjatuhkan putusan hukuman pidana bagi mereka. Tetapi para pengamat mengatakan, putusan itu bisa mengecilkan ruang yang sudah sempit bagi para aktivis yang berkampanye untuk reformasi monarki.

“Kami tidak ingin menggulingkan negara ini. Reformasi itu untuk membuatnya lebih baik,” teriak pemimpin demo Thailand, Thatchapong Kaedam, ketika para demonstran melambaikan plakat yang mengatakan “reformasi tidak sama dengan penggulingan”.

“Mahkamah Konstitusi sedang merebut kekuasaan dari rakyat,” lanjutnya dikutip dari AFP.

Para pengunjuk rasa juga menjatuhkan patung hakim Mahkamah Konstitusi dari jembatan, kemudian membakarnya. Sedangkan sekelompok kecil biksu berjubah kuning mengacungkan salam tiga jari untuk demokrasi.

Polisi sempat bentrok dengan beberapa demonstran, menembakkan peluru karet yang mengenai setidaknya satu pengunjuk rasa hingga melukai bagian dada. Pria yang terluka itu dilarikan ke ambulans.

Erawan Emergency Centre Bangkok melaporkan, setidaknya dua orang terluka, tapi tidak ada penjelasan detail terkait tentang kondisi mereka.

Sebelumnya, polisi telah memperingatkan para pengunjuk rasa agar tidak berkumpul. Juru Bicara Kepolisian Bangkok, Jirasant Kaewsangake mengatakan, ingin publik fokus menggunakan hak dan kebebasan mereka, tetapi tidak melanggar hukum yang diatur Mahkamah Konstitusi.

Tak gentar, menjelang malam, pengunjuk rasa ramai-ramai menuju Kedutaan Besar Jerman. Mereka mengirimkan surat ke kedutaan, menyatakan keprihatinan tentang kembalinya kekuasaan absolut. Tak lama, mereka pun bubar.

Aksi massa di depan Kedubes Jerman berlangsung karena keberadaan Vajiralongkorn di Jerman. Ia meninggalkan Thailand pekan lalu. Itu adalah perjalanan pertamanya ke luar negeri dalam lebih dari setahun, di tengah protes massa pro-demokrasi.

Pavin Chachavalpongpun, dosen di Pusat Studi Asia Tenggara, Universitas Kyoto, Jepang, menilai, Vajiralongkorn meninggalkan Thailand karena yakin, gerakan protes terkendali.

“Dia memutuskan pergi di tengah perdebatan di Thailand, itu menunjukkan dia percaya diri. Jika Anda menanyakan pertanyaan ini kepada saya dari (perspektif) analis, kepercayaan itu mungkin salah perhitungan. Sama seperti air mendidih, dapat menyebabkan tutup panci bisa lepas kapan saja,” terang Pavin.

Tuntutan reformasi kerajaan juga terkait aturan lese mejeste terberat di dunia. Yaitu menetapkan hukuman penjara hingga 15 tahun bagi siapapun yang mencemarkan nama baik monarki.

Sejak protes dimulai tahun lalu, setidaknya 157 orang telah didakwa berdasarkan hukum, menurut catatan yang dikumpulkan kelompok advokasi Hak Asasi Manusia Thailand.

Selain itu, ada tudingan raja mengendalikan kekayaan negara yang diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar AS. Sejak menjadi raja, aset bernilai miliaran dolar AS yang dipegang Kerajaan Thailand telah ditransfer ke Vajiralongkorn. Ini menegaskan kendali atas keuangan kerajaan dan meningkatkan kekayaan pribadinya.

Padahal The Crown Property Act, yang disahkan pada 1936, memisahkan aset kerajaan dengan aset pribadi keluarga kerajaan. Kekecewaan juga meningkat setelah di awal pandemi Corona, raja malah menghabiskan sebagian besar waktunya di luar negeri. Ia juga absen saat negara bergulat dengan Covid- 19 pada April-Mei tahun lalu.

Vajiralongkorn betah tinggal di Jerman. Pada Oktober 2021, ia kembali ke Thailand untuk menandai ulang tahun keempat kematian ayahnya, Bhumibol Adulyadej, di tengah protes massa pro demokrasi.

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index